Kamis, 10 Oktober 2019

ANALISIS TINGKAT EMPLOYABILITY SKILLS SISWA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) DI MAKASSAR PADA ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0


ANALISIS TINGKAT EMPLOYABILITY SKILLS SISWA
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) DI MAKASSAR
PADA ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Hardiman AR 
(PascaSarjana UNM) 



BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Revolusi Industri kini tengah memasuki babak baru yakni telah berada pada Revolusi Industri 4.0, dimana Industri saat ini melakukan proses produksi di seluruh dunia yang mengombinasikan tiga unsur penting, yakni literasi data atau kemampuan untuk membaca dan analisis menggunakan informasi (big data) di dunia digital, literasi teknologi atau memahami cara kerja mesin dan aplikasi teknologi (coding, artificial intelligence & engineering principles), serta literasi manusia atau Humanities, komunikasi dan desain.
Kombinasi tiga unsur itu akan menggerakkan seluruh produksi menjadi lebih efisien dan tersistem. Akan difokuskan pada peningkatan produksi dengan memanfaatkan teknologi terkini dan mengganti penggunakan sumber daya yang berasal dari manusia dengan alat (teknologi). Karena kemajuan teknologi semakin cepat maka manusia seharusnya mampu beradaptasi lebih cepat. Melihat bahwa peran teknologi sudah menutupi apa yang sebelumnya dikerjakan oleh tenaga kerja manusia. Adaptasi yang perlu dilakukan adalah meningkatkan daya saing dan kualitas tenaga kerja agar dapat menyesuaikan dengan perubahan di pasar kerja.
Keterampilan abad ke-21 merupakan keterampilan penting yang harus dikuasai oleh setiap orang agar berhasil dalam menghadapi tantangan, permasalahan, kehidupan, dan karir di abad ke-21. Beberapa organisasi telah merumuskan definisi keterampilan abad ke-21. Dari seluruh definisi yang dirumuskan oleh beberapa organisasi, semuanya memiliki esensi yang hampir sama. National Education Association telah mengidentifikasi keterampilan abad ke-21 sebagai keterampilan “The 4Cs”. “The 4Cs” meliputi berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan kolaborasi. Keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan untuk melakukan berbagai analisis, penilaian, evaluasi, rekonstruksi, pengambilan keputusan yang mengarah pada tindakan yang rasional dan logis (King, F.J., Goodson, 2010).
Keterampilan Abad ke-21 telah di Identifikasi oleh The Partnership for 21st Century Skills (2008), Keterampilan ini dapat meningkatkan kemampuan daya jual (marketability), kemampuan bekerja (employability), dan kesiapan menjadi warga negara (readiness for citizenship) yang baik. Sementara itu, Assessment and Teaching of 21st Century Skills mengorganisasikan keterampilan, pengetahuan, sikap, nilai, dan etik abad ke-21 ke dalam empat kategori (Saavedra dan Opfer, 2012). Pertama, cara berpikir (ways of thinking) meliputi kreativitas dan inovasi, berpikir kritis, pemecahan masalah, pembuatan keputusan, dan belajar tentang belajar (metakognisi). Kedua, cara bekerja (ways of working) meliputi keterampilan, berkolaborasi, dan kerja tim. Ketiga, alat-alat untuk bekerja (tools of working) meliputi pengetahuan umum dan literasi teknologi komunikasi dan informasi. Keempat, hidup di dunia (living in the world) meliputi kewarganegaraan, hidup dan karir, tanggung jawab personal dan sosial, serta kompetensi dan kesadaran budaya. Kecakapan Abad ke-21 meliputi (1)kecakapan belajar dan inovasi seperti kreatifitas dan inovasi, berpikir kritis dan memecahkan masalah, komunikasi dan kolaborasi (2)kecakapan informasi, media dan teknologi seperti literasi informasi, literasi media, literasi teknologi informasi. (3) kecakapan hidup dan karir seperti luwes dan mampu beradaptasi, memiliki inisiatif dan mengarahkan diri, memiliki kemampuan sosial dan lintas budaya, produktif dan akuntabel (http://www.p21.org/storage/documents/docs /P21 _Framework_ Definitions)
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) secara substansi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bertujuan untuk menghasilkan siswa yang siap kerja, berjiwa wirausaha, cerdas, kompetitif, dan memiliki jati diri bangsa serta mampu mengembangkan keunggulan lokal dan dapat bersaing di pasar global dalam rangka menghadapi Revolusi Industri 4.0. Sistem Pendidikan SMK dituntut untuk menghasilkan learning outcome yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja abad ke-21. Tujuan tersebut tercantum dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 15 Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan siswa terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.
Keberadaan SMK dalam mempersiapkan siswa sebagai tenaga kerja abad           ke-21 tingkat menengah yang terampil masih perlu ditingkatkan. Rendahnya tingkat pendidikan dan kompetensi memberi kontribusi rendahnya produktifitas kerja dan pada akhirnya akan menciptakan pengangguran baru. Menurut BPS 2019, jumlah pengangguran di Indonesia pada Februari 2019 menurun sebanyak 50 ribu orang. Dilihat dari tingkat pendidikan, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) SMK menempati posisi tertinggi yaitu sebesar 8,63 persen dibanding dengan TPT pendidikan lain. Angka tersebut dikarenakan siswa dengan pendidikan yang rendah cenderung mau menerima pekerjaan apapun, sementara yang siswa dengan pendidikan lebih tinggi cenderung mau menerima pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.
Fakta empirik tersebut menunjukkan bahwa tujuan dari penyelenggaraan pendidikan kejuruan belum tercapai. Belum semua siswa SMK dapat memenuhi tuntutan lapangan kerja sesuai dengan spesialisasinya. Hal ini disebabkan oleh adanya kesenjangan antara keterampilan yang dimiliki oleh siswa SMK dengan keterampilan yang dibutuhkan di dunia usaha dan industri pada abad 21 ini. Hasil observasi awal kami keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki siswa yang didapatkan di sekolah belum cukup menjawab kebutuhan dunia usaha dan industri dalam rangka revolusi industri 4.0. Beberapa faktor yang diidentifikasi menjadi masalah tidak terserapnya siswa pendidikan kejuruan, antara lain: (1) informasi yang diperoleh tidak cukup mendukung untuk memperoleh pekerjaan; (2) industri pada umumnya mencari tenaga kerja yang berpengalaman; (3) keluhan pihak industri bahwa banyak siswa SMK tidak memiliki keterampilan yang sesuai, terutama employabilitas untuk dapat survive dan bertahan pada berbagai situasi dan kondisi kerja.
Keprihatinan besar yang dihadapi oleh dunia usaha dan industri saat ini adalah persepsi dan harapan dunia usaha dan industri bagaimana mendapatkan pekerja yang baik,  employability skills yang seharusnya dimiliki oleh siswa SMK masih rendah. Perusahaan membutuhkan tenaga kerja yang kompeten, terlatih dan siap untuk bekerja, Orang-orang yang siap bekerja yang mempunyai employability skills membantu mereka tetap ada dalam lingkungan kerja. Mereka adalah orang-orang yang harus dapat diandalkan, bertanggung jawab, dapat memecahkan persoalan, mempunyai social skills dan sikap untuk bekerja sama dengan performa yang tinggi. Seperti penelitian yang dilakukan (Sasmito dkk, 2015) menunjukkan bahwa saat ini siswa SMK kurang siap untuk bekerja di dunia usaha dan dunia industri, karena kemampuan dan pengalaman dan kesiapan siswa untuk memasuki dunia usaha dan dunia industri masih kurang optimal. Keadaan ini merupakan tantangan utama bagi bangsa Indonesia, karena mau tidak mau harus meningkatkan sumber daya manusianya, agar dapat bersaing dan mempunyai keunggulan kompetitif pada revolusi industri di semua sektor industri dan sektor jasa. Peningkatan daya saing ini dimulai dari menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, agar SDM yang dimiliki mempunyai keahlian dan keterampilan, terutama bagi tenaga kerja dalam jumlah yang memadai dalam segala tingkatan. Untuk itu pembelajaran di SMK harus mengembangkan keterampilan Abad ke-21  agar menghasilkan siswa yang “innovative, inventive, self-motivated and self-directed,creative problem solvers to confront increasingly complex global problem” (Trilling and Fadel, 2010).
Implementasi employability skills merupakan salah satu terobosan dalam meningkatkan daya saing sumber daya manusia khususnya tenaga kerja. Employability skills merupakan keterampilan dasar yang harus dimiliki setiap pekerja untuk digunakan beradaptasi di tempat kerja. Employability skills harus dimiliki setiap pekerja untuk meningkatkan daya saing dan sukses dalam meningkatkan produktivitas serta keuntungan. Peningkatan sumber daya manusia harus menjadi prioritas utama dalam rangka meningkatkan kualitas siswanya. Rendahnya kualitas siswa sekolah kejuruan berakibat produktifitas tenaga kerja terampil di Industri semakin terpuruk. Siswa SMK berperan dalam memenuhi kebutuhan dunia kerja sebagai tenaga kerja tingkat menengah, selain diharuskan menguasai kompetensi sesuai bidang juga harus mampu melakukan pengembangan diri sebagai upaya agar tetap mampu berkompetisi pada saat ini maupun masa yang akan datang menyesuaikan tuntutan jaman (Wibowo, 2016).
Karakteristik dunia kerja dan kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan Industri pada abad ke-21 mengalami perubahan dengan cepat (Tome, 2007:336). Salah satu ciri industri abad ke-21 adalah semakin meningkatnya kebutuhan akan atribut-atribut keterampilan generik yang harus dimiliki oleh para pekerja (Gibb, 2004:7). Hasil survei lain menunjukkan bahwa perekrutan tenaga kerja oleh perusahaan lebih mengutamakan employability skills/soft skills daripada kemampuan hard skills (Sutabri,2017). Oleh karena itu, pendidikan yang berorientasi dunia kerja melalui penguasaan keterampilan teknis dan keterampilan employabilitas sangat diperlukan guna menopang pengembangan ekonomi di abad ke-21  (Esposto & Meagher, 2017:2).
Bennett (2016:1) menyebutkan bahwa tantangan terbesar dunia pendidikan kejuruan adalah menghasilkan siswa yang mempunyai kemampuan akademik (academic skills), kemampuan pada penguasaan keterampilan yang spesifik (technical skills), dan kemampuan employabilitas (employability skills) yang seimbang. Siswa SMK dapat menjadi tenaga kerja yang terampil dan berkualitas apabila benar-benar menguasai aspek hard skills dan soft skills (Sudana, 2014: 459). Aspek hard skills yaitu kecakapan teknis, sedangkan soft skills adalah kecakapan tingkah laku. Hard skills dan soft skills dibentuk melalui proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi keahliannya, baik pada saat jam pelajaran maupun di luar jam pelajaran. Pembentukan sikap yang mendukung aspek employability skills/soft skills peserta didik memerlukan proses berkala dan berkelanjutan secara masif dan komprehensif, agar siswa SMK dapat memenuhi standar yang dibutuhkan dunia kerja dan industri serta menjadi tenaga kerja yang profesional.
Syafiq (2017) menjelaskan bahwa kompetensi yang dibutuhkan dalam rangka menghadapi revolusi industri 4.0 oleh dunia kerja lebih menekankan pada kualitas softskills yang baik dibandingkan dengan kemampuan ilmu pengetahuan spesifik yang tinggi. Selanjutnya menurut Teichler (1999) dalam Syafiq (2017) mengungkap fenomena kompetensi tenaga kerja seperti berikut ini; Kemampuan mengatasi ketidakpastian (uncertainty) merupakan kunci untuk bertahan di dunia kerja, Pengetahuan yang spesifik memiliki kecenderungan cepat menjadi using (obsolete), di sisi lain diperlukan keterampilan umum yang bisa digunakan untuk mengatasi masalah dalam konteks professional serta ketidakpastian pasar kerja harus menjadi dasar sistem belajar mengajar di Pendidikan Tinggi
Perkembangan ilmu pengetahuan menjadi sebuah tantangan dalam dunia kerja saat ini untuk memenuhi kualifikasi tenaga kerja yang mampu bekerja dan mampu beradaptasi dengan perkembanagn ilmu pengetahuan. Dampak globalisasi ekonomi, industri, dan informasi akan mempercepat proses alih teknologi di Indonesia yang tentunya akan mempengaruhi tuntutan kompetensi tenaga kerja (Kartini, 2012). Penyiapan siswa agar memiliki keterampilan teknis dan keterampilan yang bersifat generik (employability skills) berpangkal pada kualitas pelaksanaan program pembelajaran. Kompetensi yang dimiliki oleh siswa SMK seharusnya sesuai dengan tujuan pendidikan kejuruan yaitu menyiapkan tenaga kerja terampil tingkat menengah pada bidang keahlian tertentu guna memenuhi kebutuhan industri dalam menghadapi revolusi industri 4.0. Standar kompetensi siswa SMK adalah menguasai kompetensi program keahlian dan kewirausahaan, baik untuk memenuhi tuntutan dunia kerja, maupun untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan kejuruannya (Carli, Suherman & Sumarna, 2016).
Sesuai Permendikbud No 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi lulusan, maka seorang siswa dari SMK setidaknya memiliki kompetensi yang ditinjau dari tiga dimensi yaitu dimensi sikap, dimensi pengetahuan dan dimensi keterampilan. Pada dimensi ketrampilan siswa SMK harus memiliki kemampuan pikir, tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang wajib dipelajari di sekolah secara mandiri. Kompetensi yang memenuhi kebutuhan masa depan siswa dengan melihat realitas tempat kerja dan perkembangan teknologi harus diajarkan pada pendidikan kejuruan (Jatmoko, 2013). Siswa SMK yang unggul harus mempunyai kemampuan yang selaras antara pemikiran dan tindakan. Diharapkan siswa dapat memunculkan ide kreatif dari pemikirannya dan mampu mewujudkan ide kreatif sebagai wujud tindakan dari pemikiran. Jadi, siswa tidak hanya mampu berfikir tetapi juga dituntut untuk mampu menciptakan peluang baru.
Employability skills atau kecakapan bekerja perlu dimiliki oleh sumber daya manusia di semua jenjang karir pada Revolusi Industri 4.0. Dengan demikian, para siswa nantinya dapat bekerja dengan efektif dan efisien, sehingga memberikan dampak positif bagi kemajuan dunia usaha dan industri. Berarti hanya dunia usaha dan industri yang para pekerjanya memiliki kecakapan bekerja yang mumpunilah yang dapat berkembang dengan baik. Perkembangan ekonomi global, teknologi informasi dan komunikasi menuntut tingkat kompetensi yang mampu secara cepat mengantisipasi setiap perubahan dan perkembangan, sehingga tuntutan kecakapan bekerja menjadi terus berkembang juga. Jadi kecakapan bekerjapun harus terus diasah seiring dengan perubahan dan perkembangan tersebut. Keadaan ini memberikan tantangan secara terus menerus pada dunia pendidikan, untuk dapat menghasilkan siswa dengan kompetensi yang relevan dengan kebutuhan dunia usaha dan industri.
Keterampilan employabilitity Skill secara khusus terkait dengan kemampuan bekerja seseorang dengan berbagai situasi dan memiliki kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi secara efektif, memiliki kekuatan dan semangat untuk terus belajar dan bekerja. Keterampilan employabilitity Skill dinilai sangat penting karena karakteristik pekerjaan saat ini menuntut adanya inisiatif, fleksibilitas, dan kemampuan seseorang untuk menangani tugas-tugas yang berbeda. Hal itu berarti keterampilan yang dimiliki oleh seseorang siswa tidak harus spesifik, tetapi seyogyanya lebih berorientasi pada layanan dan lebih penting lagi memiliki keterampilan sosial yang tinggi.
Pengembangan employability skills telah dilakukan diberbagai negara. Kurikulum Pendidikan vokasi di Inggris memadukan ilmu pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills) dan sikap/tingkah laku (attitude and behaviour) untuk memenuhi standar kecakapan calon tenaga kerja. Hal ini dilakukan dengan memadukan keterampilan dasar (core skills), keterampilan kerja (employability skills) dan keterampilan vokasi (vocational skills) (British Council, 2002)
Employabibility skills merupakan sekumpulan keterampilan-keterampilan non-teknis bersifat dapat ditransfer terdiri dari sembilan indikator, yaitu: (1)keterampilan berkomunikasi; (2)keterampilan bekerja dalam tim; (3)keterampilan memecahkan masalah; (4)keterampilan dalam mengambil prakarsa dan berusaha; (5)keterampilan merencanakan dan mengatur kegiatan; (6)keterampilan mengelola diri; (7)keterampilan dalam pembelajaran (8)menggunakan teknologi; dan (9)keterampilan berkenaan dengan kesehatan dan keselamatan kerja. (BCA/ACCI, 2002; SCANS, 1991;CBC, 2000; Robinson, 2006).
Berdasarkan uraian di atas tentang pentingnya siswa sekolah menengah kejuruan memiliki employability skills dalam rangka menghasilkan siswa yang siap kerja dan terserap di dunia usaha dan industri, maka dipandang perlu melakukan kajian tentang Analisis Tingkat employability skills siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Makassar pada era Revolusi Industri 4.0.

Pemrograman Dasar Mesin CNC

I.          Pemrograman Mesin CNC
Pemrograman adalah Suatu urutan perintah yang disusun secara rinci tiap blok per blok untuk memberikan masukan mesin perkakas CNC tentang apa yang harus dikerjakan. Untuk menyusun pemrograman pada mesin CNC diperlukan :
A. Metode pemrograman
Metode pemrograman dalam mesin CNC ada dua, yaitu :
Metode incremental adalah suatu metode pemrograman di mana titik referensinya selalu berubah yaitu titik terakhir yang dituju menjadi titik referensi baru untuk ukuran berikutnya.

Gambar 1.1 Sekema metode Incremental
Metode Absolut adalah suatu metode pemrograman di mana titik /refleksinya selalu tetap yaitu satu titik atau tempat dijadikan referensi untuk semua ukuran berikutnya. 

Gambar 1.2 Sekema metode Absolut


B. Bahasa Pemrograman
Bahasa pemrograman adalah format perintah dalam satu blog dengan menggunakan kode huruf angka dan simbol di dalam mesin perkakas CNC terdapat perangkat komputer yang disebut dengan machine control unit (MCU). MCU ini berfungsi menterjemahkan bahasa kode ke dalam bentuk gerakan pertumbuhan sesuai bentuk benda kerja. Kode-kode bahasa dalam mesin perkakas CNC dikenal dengan kode G dan M, dimana kode-kode tersebut distandarkan oleh ISO atau badan Internasional lainnya. Dalam aplikasi kode huruf, angka dan simbol pada mesin perkakas CNC bermacam-macam dengan sistem kontrol EMCO, kode-kode dimasukkan ke dalam standar DIN. Dengan bahasa kode ini dapat berfungsi sebagai media komunikasi antar mesin dan operator yaitu untuk memberikan operasi data ke pada mesin untuk dipahami. untuk memasukkan data program ke dalam memori mesin dapat dilakukan dengan keyboard atau perangkat lain.
C. Sistem persumbuan pada Mesin Bubut CNC-TU2A.
Gambar 1.3
Sebelum mempelajari sistem persumbuan program lebih dahulu harus memahami bentuk sistem persumbuan Mesin Bubut CNC-TU2A.
Gambar di samping adalah skema eretan tan melintang dan eretan memanjang, di mana mesin dapat di perintah bergerak sesuai program.
         Pada umumnya gerakan melintang mesin bubut adalah sumbu X sedangkan gerakan memanjang mesin bubut ada sumbu Z.

D. Aplikasi fungsi G, fungsi M, kode alarm sertai cara penggunaannya
FUNGSI G
G 00 :
Gerak lurus cepat (tidak boleh menyayat)
G 01 :
Gerak lurus penyayatan
G 02 :
Gerak lurus searah jarum jam
G 03 :
Gerak melengkung berlawanan arah jarum jam
G 04 :
Gerak penyayatan (feed) berhenti sesaat
G 21:
Baris blok sisipan yang dibuat dengan menekan tombol ~ dan INP
G 25:
Memanggil program sub routine
G 27 :
Perintah meloncat ke nomor blok yang dituju
G 33 :
Pembuatan ulir tunggal
G 64 :
Mematikan arus step motor
G 65 :
Operasi disket (menyimpan atau memanggil program)
G 73 :
Siklus pengeboran dengan pemutusan tatal
G 78 :
Siklus pembuatan ulir
G 81 :
Siklus pengukuran langsung
G 82 :
Siklus pengeboran dengan berhenti sesaat
G 83 :
Siklus pengeboran dengan penarikan total
G 84 :
Siklus pembubutan memanjang
G 85 :
Siklus parameter
G 86 :
Siklus pembubutan alur
G 88 :
Siklus pembubutan melintang
G 89 :
Siklus parameter dengan waktu dialm sesaat
G 90 :
Program absolut
G 91 :
Program incremental
G 92 :
Penetapan posisi pahat secara absolut
FUNGSI M
M 00 :
Program berhenti
M 03 :
Spindle/sumbu utama berputar searah jarum jam
M 05 :
Putaran spindle berhenti
M 06 :
Perintah penggantian alat potong
M 17 :
Perintah kembali ke program utama
M 30 :
Program berakhir
M 99 :
Penentuan parameter I dan K
KODE ALARM
A 00 :
Kesalahan perintah pada fungsi G atau M
A 01 :
Kesalahan perintah pada fungsi G02 dan G03
A 02 :
Kesalahan pada nilai X
A 03 :
Kesalahan pada nilai Y
A 04 :
Kesalahan pada nilai Z
A 05 :
Kurang perintah M30
A 06 :
Putaran spindle terlalu cepat
A 09 :
Program tidak ditemukan pada disket
A 10 :
Disket di protect
A 11 :
Kesalahan pada pemuatan disket
A 12 :
Kesalah pengecekan
A 13 :
Kesalah pada satuan mm atau inch dalam pembuatan
A 14 :
Kesalah satuannya
A 15 :
Kesalahan pada nilai H
A 17 :
Kasalahan pada sub program
CARA PENGGUNAAN
Berikut contoh pembuatan pemrograman dengan metode absolut dan incremental :
1.    Pembuatan Program Incremental
Pemrograman secara incremental adalah pemrograman dengan perhitungan yang didasarkan pada posisi nol berada, artinya gerakan tool berikutnya di dasarkan pada posisi tool sebelumnya.
Berikut adalah contoh pemrogramannya :
Gambar 1.4 contoh benda kerja

                   









Susunan program untuk finishing :
N
G
X
Z
F

00
M03




01
00
-850
0
35
Dari S ke A
02
01
0
-600
35
Dari A ke B
03
01
350
-1200
35
Dari B ke C
04
01
300
0
35
Dari C ke D
05
01
0
-1000
35
Dari D ke E
06
01
200
0
35
Dari E ke F
07
00
0
2800

Dari F ke S
08
M05




09
M30




Keterangan untuk program di atas :
N 00 : Mesin diperintahkan memutar spindle chuck searah jarum jam (M03).
N 01 : Pahat diperintahkan maju lurus tidak menyayat(G00,X–850,Z0)dari S ke A
N 02 : Pahat diperintahkan menyayat lurus memanjang (G01, X0, Z–600,F 35) dari A ke B.
N 03 : Pahat diperintahkan menyayat tirus (G01, X350,Z–1200, F 35) dari B ke C.
N 04 : Pahat diperintahkan menyayat mundur lurus (G01, X300, Z0, F 35) dari C ke D.
N 05 : Pahat diperintahkan menyayat lurus memanjang (G01, X0, Z1000, F35) dari D ke E.
N 06 : Pahat diperintahkan menyayat mundur lurus (G01,X200, Z0, F35) dari E ke F.
N 07 : Pahat diperintahkan gerak cepat tidak menyayat (G00, X0, Z2800) dari F kembali ke S.
N 08 : Mesin diperintahkan untuk menghentikan putaran spindle utama (M05).
N 09 : Mesin diperintahkan selesai (M30)
2.    Pembuatan program absolut
Penyusunan program absolut sistem penghitungannya didasarkan pada satu titik referensi Nilai x adalah diameter benda kerja sedangkan nilai z adalah jarak dari titik referensi ke arah memanjang.
berikut adalah contoh pemrogramannya :
Gambar 1.5 contoh benda kerja











Susunan program proses finishing :
N
G
X
Z
F

00
92
2500
0


01
M03




02
00
800
0
35
Dari S ke A
03
01
800
-600
35
Dari A ke B
04
01
1500
-1800
35
Dari B ke C
05
01
2100
-1800
35
Dari C ke D
06
01
2100
-2800
35
Dari D ke E
07
01
2500
-2800

Dari E ke F
08
00
2500
0

Dari F ke S
09
M05




10
M30




Keterangan dari program di atas :
N 00 : Informasi disampaikan pada mesin bahwa posisi pahat pada diameter 25 mm dan tepat diujung benda (G92, X2500, Z0).
N 01 : Mesin diperintahkan memutar spindle chuck searah jarum jam (M03).
N 02 : Pahat diperintahkan maju lurus tidak menyayat(G00, X800, Z0)dari S ke A
N 03 : Pahat diperintahkan menyayat lurus memanjang (G01, X800, Z–600, F 35) dari A ke B.
N 04 : Pahat diperintahkan menyayat tirus (G01, X1500, Z–1800, F35)dari B ke C
N 05 : Pahat diperintahkan menyayat mundur lurus (G01, X2100, Z–2800, F 35) dari C ke D.
N 06 : Pahat diperintahkan menyayat lurus memanjang (G01, X2100, Z–1800, F35) dari D ke E.
N 07 : Pahat diperintahkan menyayat mundur lurus (G01, X2500, Z–2800, F35) dari E ke F.
N 08 : Pahat diperintahkan gerak cepat tidak menyayat (G00, X2500, Z0) dari F kembali ke S.
N 09 : Mesin diperintahkan untuk menghentikan putaran spindle utama (M05).
N 10 : Mesin diperintahkan selesai (M30).
II.     Prinsip kerja Mesin Bubut CNC-TU2A
Mesin Bubut CNC-TU2A mempunyai prinsip gerakan dasar sepertihalnya Mesin Bubut konvensional yaitu gearka kearah melintang dan horizontal dengan system koordinat sumbu X dan Z. prinsip kerja mesin bubut CNC-TU2A juga sama dengan mesin bubut konvensional yaitu benda kerja yang di pasang bergerak  sedangkan alat potongnya diam dan sudah di control oleh computer.
Jadi secara sederhana programer membuat program CNC sesuai produk yang akan dibuat dengan cara pengetikan langsung pada mesin CNC maupun dibuat pada komputer dengan software pemrogaman CNC.

            Program CNC tersebut, lebih dikenal sebagai G-Code, lalu dikirim dan dieksekusi oleh prosesor pada mesin CNC dan menghasilkan pengaturan motor pada mesin untuk menggerakan perkakas yang bergerak untuk melakukan proses permesinan hingga menghasilkan produk sesuai program.

NT : Demikinan untuk postingan saya yang pertama kali ini. Terimakasih dan sampai jumpa lagi.
Sunber : http://dwiprasetyo15211032.blogspot.com/2016/06/i.html

ULANGAN SEMESTER GENAP T. P. 2020/2021 JURUSAN TKJ

  ULANGAN SEMESTER GENAP T. P. 2020/2021 Mata Pelajaran : Produktif Komputer Jaringan Kelas / Program Keah...