ANALISIS TINGKAT EMPLOYABILITY
SKILLS SISWA
SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN (SMK) DI MAKASSAR
PADA ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Hardiman AR
(PascaSarjana UNM)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Revolusi Industri kini
tengah memasuki babak baru yakni telah berada pada Revolusi Industri 4.0,
dimana Industri saat ini melakukan proses produksi di seluruh dunia yang
mengombinasikan tiga unsur penting, yakni literasi data atau kemampuan untuk
membaca dan analisis menggunakan informasi (big
data) di dunia digital, literasi teknologi atau memahami cara kerja mesin
dan aplikasi teknologi (coding,
artificial intelligence & engineering principles), serta literasi
manusia atau Humanities, komunikasi
dan desain.
Kombinasi tiga unsur itu
akan menggerakkan seluruh produksi menjadi lebih efisien dan tersistem. Akan
difokuskan pada peningkatan produksi dengan memanfaatkan teknologi terkini dan
mengganti penggunakan sumber daya yang berasal dari manusia dengan alat
(teknologi). Karena kemajuan teknologi semakin cepat maka manusia seharusnya
mampu beradaptasi lebih cepat. Melihat bahwa peran teknologi sudah menutupi apa
yang sebelumnya dikerjakan oleh tenaga kerja manusia. Adaptasi yang perlu
dilakukan adalah meningkatkan daya saing dan kualitas tenaga kerja agar dapat
menyesuaikan dengan perubahan di pasar kerja.
Keterampilan abad ke-21 merupakan
keterampilan penting yang harus dikuasai oleh setiap orang agar berhasil dalam
menghadapi tantangan, permasalahan, kehidupan, dan karir di abad ke-21.
Beberapa organisasi telah merumuskan definisi keterampilan abad ke-21. Dari
seluruh definisi yang dirumuskan oleh beberapa organisasi, semuanya memiliki
esensi yang hampir sama. National Education Association telah
mengidentifikasi keterampilan abad ke-21 sebagai keterampilan “The 4Cs”. “The
4Cs” meliputi berpikir kritis, kreativitas, komunikasi, dan
kolaborasi. Keterampilan berpikir kritis merupakan keterampilan untuk melakukan
berbagai analisis, penilaian, evaluasi, rekonstruksi, pengambilan keputusan
yang mengarah pada tindakan yang rasional dan logis (King, F.J., Goodson,
2010).
Keterampilan Abad ke-21 telah di Identifikasi
oleh The Partnership for 21st Century Skills (2008),
Keterampilan ini dapat meningkatkan kemampuan daya jual (marketability),
kemampuan bekerja (employability), dan kesiapan menjadi warga negara (readiness
for citizenship) yang baik. Sementara itu, Assessment and Teaching of 21st
Century Skills mengorganisasikan keterampilan, pengetahuan, sikap, nilai,
dan etik abad ke-21 ke dalam empat kategori (Saavedra dan Opfer, 2012).
Pertama, cara berpikir (ways of thinking) meliputi kreativitas dan
inovasi, berpikir kritis, pemecahan masalah, pembuatan keputusan, dan belajar
tentang belajar (metakognisi). Kedua, cara bekerja (ways of working) meliputi
keterampilan, berkolaborasi, dan kerja tim. Ketiga, alat-alat untuk bekerja (tools
of working) meliputi pengetahuan umum dan literasi teknologi komunikasi dan
informasi. Keempat, hidup di dunia (living in the world) meliputi
kewarganegaraan, hidup dan karir, tanggung jawab personal dan sosial, serta
kompetensi dan kesadaran budaya. Kecakapan Abad ke-21 meliputi (1)kecakapan
belajar dan inovasi seperti kreatifitas dan inovasi, berpikir kritis dan
memecahkan masalah, komunikasi dan kolaborasi (2)kecakapan informasi, media dan
teknologi seperti literasi informasi, literasi media, literasi teknologi
informasi. (3) kecakapan hidup dan karir seperti luwes dan mampu beradaptasi,
memiliki inisiatif dan mengarahkan diri, memiliki kemampuan sosial dan lintas
budaya, produktif dan akuntabel (http://www.p21.org/storage/documents/docs
/P21 _Framework_ Definitions)
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
secara substansi merupakan salah satu lembaga pendidikan yang bertujuan untuk
menghasilkan siswa yang siap kerja, berjiwa wirausaha, cerdas, kompetitif, dan
memiliki jati diri bangsa serta mampu mengembangkan keunggulan lokal dan dapat
bersaing di pasar global dalam rangka menghadapi Revolusi Industri 4.0. Sistem Pendidikan
SMK dituntut untuk menghasilkan learning outcome yang sesuai dengan
kebutuhan dunia kerja abad ke-21. Tujuan tersebut tercantum dalam Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal
15 Pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan siswa terutama
untuk bekerja dalam bidang tertentu.
Keberadaan SMK dalam mempersiapkan siswa
sebagai tenaga kerja abad ke-21
tingkat menengah yang terampil masih perlu ditingkatkan. Rendahnya tingkat
pendidikan dan kompetensi memberi kontribusi rendahnya produktifitas kerja dan
pada akhirnya akan menciptakan pengangguran baru. Menurut BPS 2019, jumlah
pengangguran di Indonesia pada Februari 2019 menurun sebanyak 50 ribu orang.
Dilihat dari tingkat pendidikan, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) SMK menempati
posisi tertinggi yaitu sebesar 8,63 persen dibanding dengan TPT pendidikan lain.
Angka tersebut dikarenakan siswa dengan pendidikan yang rendah cenderung mau
menerima pekerjaan apapun, sementara yang siswa dengan pendidikan lebih tinggi
cenderung mau menerima pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya.
Fakta empirik tersebut menunjukkan
bahwa tujuan dari penyelenggaraan pendidikan kejuruan belum tercapai. Belum
semua siswa SMK dapat memenuhi tuntutan lapangan kerja sesuai dengan
spesialisasinya. Hal ini disebabkan oleh adanya kesenjangan antara keterampilan
yang dimiliki oleh siswa SMK dengan keterampilan yang dibutuhkan di dunia usaha
dan industri pada abad 21 ini. Hasil observasi awal kami keterampilan dan
pengetahuan yang dimiliki siswa yang didapatkan di sekolah belum cukup menjawab
kebutuhan dunia usaha dan industri dalam rangka revolusi industri 4.0. Beberapa
faktor yang diidentifikasi menjadi masalah tidak terserapnya siswa pendidikan
kejuruan, antara lain: (1) informasi yang diperoleh tidak cukup mendukung untuk
memperoleh pekerjaan; (2) industri pada umumnya mencari tenaga kerja yang
berpengalaman; (3) keluhan pihak industri bahwa banyak siswa SMK tidak memiliki
keterampilan yang sesuai, terutama employabilitas untuk dapat survive dan
bertahan pada berbagai situasi dan kondisi kerja.
Keprihatinan besar yang dihadapi
oleh dunia usaha dan industri saat ini adalah persepsi dan harapan dunia usaha
dan industri bagaimana mendapatkan pekerja yang baik, employability skills yang seharusnya
dimiliki oleh siswa SMK masih rendah. Perusahaan membutuhkan tenaga kerja yang
kompeten, terlatih dan siap untuk bekerja, Orang-orang yang siap bekerja yang
mempunyai employability skills membantu mereka tetap ada dalam
lingkungan kerja. Mereka adalah orang-orang yang harus dapat diandalkan,
bertanggung jawab, dapat memecahkan persoalan, mempunyai social skills dan
sikap untuk bekerja sama dengan performa yang tinggi. Seperti penelitian yang
dilakukan (Sasmito dkk, 2015) menunjukkan bahwa saat ini siswa SMK kurang siap
untuk bekerja di dunia usaha dan dunia industri, karena kemampuan dan
pengalaman dan kesiapan siswa untuk memasuki dunia usaha dan dunia industri masih
kurang optimal. Keadaan ini merupakan tantangan utama bagi bangsa Indonesia,
karena mau tidak mau harus meningkatkan sumber daya manusianya, agar dapat
bersaing dan mempunyai keunggulan kompetitif pada revolusi industri di semua
sektor industri dan sektor jasa. Peningkatan daya saing ini dimulai dari
menyiapkan Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas, agar SDM yang dimiliki
mempunyai keahlian dan keterampilan, terutama bagi tenaga kerja dalam jumlah
yang memadai dalam segala tingkatan. Untuk itu pembelajaran di SMK harus
mengembangkan keterampilan Abad ke-21 agar menghasilkan siswa yang “innovative,
inventive, self-motivated and self-directed,creative problem solvers to
confront increasingly complex global problem” (Trilling and Fadel, 2010).
Implementasi employability
skills merupakan salah satu terobosan dalam meningkatkan daya saing sumber
daya manusia khususnya tenaga kerja. Employability skills merupakan
keterampilan dasar yang harus dimiliki setiap pekerja untuk digunakan
beradaptasi di tempat kerja. Employability skills harus dimiliki setiap
pekerja untuk meningkatkan daya saing dan sukses dalam meningkatkan produktivitas
serta keuntungan. Peningkatan sumber daya manusia harus menjadi prioritas utama
dalam rangka meningkatkan kualitas siswanya. Rendahnya kualitas siswa sekolah
kejuruan berakibat produktifitas tenaga kerja terampil di Industri semakin
terpuruk. Siswa SMK berperan dalam memenuhi kebutuhan dunia kerja sebagai
tenaga kerja tingkat menengah, selain diharuskan menguasai kompetensi sesuai
bidang juga harus mampu melakukan pengembangan diri sebagai upaya agar tetap
mampu berkompetisi pada saat ini maupun masa yang akan datang menyesuaikan
tuntutan jaman (Wibowo, 2016).
Karakteristik dunia kerja dan
kualifikasi tenaga kerja yang dibutuhkan Industri pada abad ke-21 mengalami perubahan
dengan cepat (Tome, 2007:336). Salah satu ciri industri abad ke-21 adalah
semakin meningkatnya kebutuhan akan atribut-atribut keterampilan generik yang
harus dimiliki oleh para pekerja (Gibb, 2004:7). Hasil survei lain menunjukkan
bahwa perekrutan tenaga kerja oleh perusahaan lebih mengutamakan employability
skills/soft skills daripada kemampuan hard skills (Sutabri,2017).
Oleh karena itu, pendidikan yang berorientasi dunia kerja melalui penguasaan keterampilan
teknis dan keterampilan employabilitas sangat diperlukan guna menopang
pengembangan ekonomi di abad ke-21 (Esposto
& Meagher, 2017:2).
Bennett (2016:1) menyebutkan bahwa
tantangan terbesar dunia pendidikan kejuruan adalah menghasilkan siswa yang
mempunyai kemampuan akademik (academic skills), kemampuan pada
penguasaan keterampilan yang spesifik (technical skills), dan kemampuan
employabilitas (employability skills) yang seimbang. Siswa SMK dapat
menjadi tenaga kerja yang terampil dan berkualitas apabila benar-benar
menguasai aspek hard skills dan soft skills (Sudana, 2014: 459).
Aspek hard skills yaitu kecakapan teknis, sedangkan soft skills adalah
kecakapan tingkah laku. Hard skills dan soft skills dibentuk
melalui proses pembelajaran sesuai dengan kompetensi keahliannya, baik pada
saat jam pelajaran maupun di luar jam pelajaran. Pembentukan sikap yang
mendukung aspek employability skills/soft skills peserta didik
memerlukan proses berkala dan berkelanjutan secara masif dan komprehensif, agar
siswa SMK dapat memenuhi standar yang dibutuhkan dunia kerja dan industri serta
menjadi tenaga kerja yang profesional.
Syafiq (2017) menjelaskan bahwa
kompetensi yang dibutuhkan dalam rangka menghadapi revolusi industri 4.0 oleh
dunia kerja lebih menekankan pada kualitas softskills yang baik
dibandingkan dengan kemampuan ilmu pengetahuan spesifik yang tinggi.
Selanjutnya menurut Teichler (1999) dalam Syafiq (2017) mengungkap fenomena
kompetensi tenaga kerja seperti berikut ini; Kemampuan mengatasi ketidakpastian
(uncertainty) merupakan kunci untuk bertahan di dunia kerja, Pengetahuan
yang spesifik memiliki kecenderungan cepat menjadi using (obsolete), di
sisi lain diperlukan keterampilan umum yang bisa digunakan untuk mengatasi
masalah dalam konteks professional serta ketidakpastian pasar kerja harus
menjadi dasar sistem belajar mengajar di Pendidikan Tinggi
Perkembangan ilmu pengetahuan
menjadi sebuah tantangan dalam dunia kerja saat ini untuk memenuhi kualifikasi
tenaga kerja yang mampu bekerja dan mampu beradaptasi dengan perkembanagn ilmu
pengetahuan. Dampak globalisasi ekonomi, industri, dan informasi akan
mempercepat proses alih teknologi di Indonesia yang tentunya akan mempengaruhi
tuntutan kompetensi tenaga kerja (Kartini, 2012). Penyiapan siswa agar memiliki
keterampilan teknis dan keterampilan yang bersifat generik (employability
skills) berpangkal pada kualitas pelaksanaan program pembelajaran. Kompetensi
yang dimiliki oleh siswa SMK seharusnya sesuai dengan tujuan pendidikan
kejuruan yaitu menyiapkan tenaga kerja terampil tingkat menengah pada bidang
keahlian tertentu guna memenuhi kebutuhan industri dalam menghadapi revolusi
industri 4.0. Standar kompetensi siswa SMK adalah menguasai kompetensi program
keahlian dan kewirausahaan, baik untuk memenuhi tuntutan dunia kerja, maupun
untuk mengikuti pendidikan tinggi sesuai dengan kejuruannya (Carli, Suherman
& Sumarna, 2016).
Sesuai Permendikbud No 20
Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi lulusan, maka seorang siswa dari SMK
setidaknya memiliki kompetensi yang ditinjau dari tiga dimensi yaitu dimensi
sikap, dimensi pengetahuan dan dimensi keterampilan. Pada dimensi ketrampilan siswa
SMK harus memiliki kemampuan pikir, tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah
abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang wajib dipelajari di sekolah
secara mandiri. Kompetensi yang memenuhi kebutuhan masa depan siswa dengan
melihat realitas tempat kerja dan perkembangan teknologi harus diajarkan pada
pendidikan kejuruan (Jatmoko, 2013). Siswa SMK yang unggul harus mempunyai
kemampuan yang selaras antara pemikiran dan tindakan. Diharapkan siswa dapat
memunculkan ide kreatif dari pemikirannya dan mampu mewujudkan ide kreatif
sebagai wujud tindakan dari pemikiran. Jadi, siswa tidak hanya mampu berfikir
tetapi juga dituntut untuk mampu menciptakan peluang baru.
Employability skills atau
kecakapan bekerja perlu dimiliki oleh sumber daya manusia di semua jenjang
karir pada Revolusi Industri 4.0. Dengan demikian, para siswa nantinya dapat
bekerja dengan efektif dan efisien, sehingga memberikan dampak positif bagi
kemajuan dunia usaha dan industri. Berarti hanya dunia usaha dan industri yang
para pekerjanya memiliki kecakapan bekerja yang mumpunilah yang dapat
berkembang dengan baik. Perkembangan ekonomi global, teknologi informasi dan
komunikasi menuntut tingkat kompetensi yang mampu secara cepat mengantisipasi
setiap perubahan dan perkembangan, sehingga tuntutan kecakapan bekerja menjadi
terus berkembang juga. Jadi kecakapan bekerjapun harus terus diasah seiring
dengan perubahan dan perkembangan tersebut. Keadaan ini memberikan tantangan
secara terus menerus pada dunia pendidikan, untuk dapat menghasilkan siswa
dengan kompetensi yang relevan dengan kebutuhan dunia usaha dan industri.
Keterampilan employabilitity Skill secara khusus
terkait dengan kemampuan bekerja seseorang dengan berbagai situasi dan memiliki
kemampuan berpikir kritis, berkomunikasi secara efektif, memiliki kekuatan dan
semangat untuk terus belajar dan bekerja. Keterampilan employabilitity Skill dinilai sangat penting karena karakteristik
pekerjaan saat ini menuntut adanya inisiatif, fleksibilitas, dan kemampuan
seseorang untuk menangani tugas-tugas yang berbeda. Hal itu berarti
keterampilan yang dimiliki oleh seseorang siswa tidak harus spesifik, tetapi
seyogyanya lebih berorientasi pada layanan dan lebih penting lagi memiliki
keterampilan sosial yang tinggi.
Pengembangan employability
skills telah dilakukan diberbagai negara. Kurikulum Pendidikan vokasi di
Inggris memadukan ilmu pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills)
dan sikap/tingkah laku (attitude and behaviour) untuk memenuhi standar
kecakapan calon tenaga kerja. Hal ini dilakukan dengan memadukan keterampilan
dasar (core skills), keterampilan kerja (employability skills)
dan keterampilan vokasi (vocational skills) (British Council, 2002)
Employabibility skills merupakan sekumpulan
keterampilan-keterampilan non-teknis bersifat dapat ditransfer terdiri dari
sembilan indikator, yaitu: (1)keterampilan berkomunikasi; (2)keterampilan
bekerja dalam tim; (3)keterampilan memecahkan masalah; (4)keterampilan dalam
mengambil prakarsa dan berusaha; (5)keterampilan merencanakan dan mengatur
kegiatan; (6)keterampilan mengelola diri; (7)keterampilan dalam pembelajaran
(8)menggunakan teknologi; dan (9)keterampilan berkenaan dengan kesehatan dan
keselamatan kerja. (BCA/ACCI, 2002; SCANS, 1991;CBC, 2000; Robinson, 2006).
Berdasarkan uraian di atas tentang pentingnya siswa sekolah
menengah kejuruan memiliki employability skills dalam rangka
menghasilkan siswa yang siap kerja dan terserap di dunia usaha dan industri,
maka dipandang perlu melakukan kajian tentang Analisis Tingkat employability
skills siswa Sekolah
Menengah Kejuruan (SMK) di Makassar pada era Revolusi Industri 4.0.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan isi kolom Komentar...